KAYUBOKO, EQUATORNEWS – Di bawah langit cerah yang menggantung di atas Lapangan Kaili Putra, tensi pertandingan Group C Kades Kayuboko Cup 2025 membuncah dalam laga dramatis antara Gepenmas Masigi FC kontra Tunas Muda Uwevolo FC. Laga yang berlangsung Rabu sore 9/7,itu berakhir imbang 2–2, namun menyisakan cerita yang jauh dari sekadar angka.
Pertarungan dua tim ini bak simfoni sepak bola yang dimainkan dalam dua babak rasa. Pada paruh pertama, Gepenmas Masigi tampil menggigit. Afri, Dandi, dan Aan—trisula maut Gepenmas—silih berganti menghujani pertahanan lawan, berkat orkestra umpan dari Fikri, sang jenderal lapangan tengah yang didatangkan khusus dari Nupabomba. Namun semua itu mentah di tangan Heldi Lamangkau, sang penjaga gawang kawakan Tunas Muda, yang sore itu tampil bagai tembok tak tertembus.
Tunas Muda Uwevolo tak mau jadi bulan-bulanan. Mereka juga punya nyali dan nyawa dalam menyerang. Trio Abdi, Rian, dan Zen, mencoba merespons, meski selalu kandas di kaki bek lawan. Skor kacamata 0–0 pun bertahan hingga jeda.
Babak kedua berubah menjadi panggung Tunas Muda. Mereka mengambil alih irama, menekan dengan intensitas tinggi. Irfan, kiper senior Gepenmas, berkali-kali dipaksa berjibaku menepis peluang dari Rian, maupun tendangan bebas Abdi, eks Liga 3 Sulteng.
Namun, tembok itu runtuh di menit ke-60. Rian, memanfaatkan bola liar, menyarangkan gol pertama bagi Tunas Muda. Tujuh menit berselang, giliran Renaldi melepaskan roket dari luar kotak penalti. Bola menggetarkan jaring. Gepenmas tertunduk. Skor 0–2, seolah pertanda akhir.
Tapi nasib punya cara sendiri untuk berbicara. Menit ke-73, Fandi, bek Tunas Muda, mencoba memotong umpan silang, namun bola malah melesak ke gawang sendiri. Sebuah gol bunuh diri yang mengubah arah angin. Seisi lapangan tersentak.
Gol itu menyulut bara semangat Gepenmas. Seakan tersiram bensin, mereka bangkit dan menyerbu. Tiga menit kemudian, Fikri yang tak kenal lelah, menyambar bola liar dan menuntaskan misi penyelamatan timnya. 2–2, dan drama pun nyaris mencapai klimaks.
Wasit Darwis asal Binangga meniup peluit panjang. Kedua tim menutup laga dengan kepala tegak—tak ada yang kalah, tapi keduanya tahu, jalan masih panjang.
Pelatih Gepenmas Masigi, Coach Asban, di akhir laga mengakui bahwa stamina anak asuhnya masih jadi pekerjaan rumah utama. “Kami akan evaluasi dan perbaiki. Masih ada waktu, dan kami belum selesai,” ujarnya.
Satu laga, dua wajah. Kayuboko sore itu bukan sekadar saksi skor, melainkan panggung penuh rasa dari permainan yang menyatu antara teknik, emosi, dan keberuntungan.
FAYRUZ