PARIGI, EQUATORNEWS – 31 Juli 2025 , Di tengah deru alat berat yang perlahan menggantikan gemericik air sawah, Yayasan Rumah Hukum Tadulako menggelar panggilan nurani. Sebuah diskusi publik bertajuk “Tambang Untuk Kita?” akan digelar besok, Jumat 1 Agustus 2025 pukul 13.00 WITA di WaffelBox Cafe, Parigi. Acara ini bukan sekadar diskusi biasa, melainkan ikhtiar intelektual menyelamatkan masa depan Parigi Moutong yang kini berdiri di batas dua zaman: antara ladang dan lubang.
Abdul Sahid, Wakil Bupati Parigi Moutong, dijadwalkan hadir sebagai narasumber utama, dengan Gugun, SH sebagai moderator dalam forum yang menjanjikan dialog terbuka lintas sektor.
Hartono Taharuddin, SH MH , pengurus Yayasan Rumah Hukum Tadulako, menyampaikan bahwa diskusi ini lahir dari keprihatinan mendalam atas derasnya arah kebijakan yang mulai condong ke pertambangan, tanpa peta jalan sosial yang memadai.
“Kami tidak anti-tambang. Tapi sebelum kita menggadaikan tanah untuk emas, mari kita pastikan dulu: apakah ini jalan yang benar, atau sekadar fatamorgana pembangunan yang akan meninggalkan jejak luka? Rumah Hukum Tadulako mengajak semua pihak untuk bicara jujur, bukan sekadar manis di atas kertas.” ujar Hartono
Tujuan dari diskusi ini, lanjut Hartono, adalah untuk mengurai persoalan dari akar, dengan menghadirkan suara rakyat, akademisi, birokrasi, hingga pelaku usaha. Forum ini akan menelisik sisi terang dan kelam tambang: dari harapan PAD dan lapangan kerja, hingga risiko ekologis dan konflik agraria yang mengintai.
“Parigi Moutong dahulu dikenal sebagai lumbung beras. Kini ada bisik-bisik, kita akan menjadi etalase emas. Tapi emas untuk siapa? Dan sawah untuk siapa?”tandasnya.
Rumah Hukum Tadulako menilai perlu adanya pengawasan dan partisipasi publik yang lebih luas sebelum izin-izin tambang terus menggerus ruang hidup masyarakat. Diskusi ini diharapkan menjadi titik temu antara kepentingan pembangunan dan hak-hak generasi mendatang.
Bagi masyarakat, aktivis, dan pemerhati lingkungan, diskusi besok adalah panggung untuk menyampaikan suara, sebelum Bumi Parigi Moutong menjadi kacau balau, akibat dampak dari pertambangan .
FAYRUZ