PARIGI, EQUATORNEWS – Lapangan Harimau Baliara tadi sore, Rabu (3/12/2025), seperti panggung yang menahan napas. Angin bergerak pelan, seolah ikut menyimak bagaimana Sidole Raya akhirnya menemukan kemenangan yang lama dicari. Dengan disiplin yang rapat dan keberanian yang tak putus, mereka menundukkan OI Terminal 2–0 dalam lanjutan Liga 4 Zona Parigi Moutong 2025–2026.
Pertandingan berjalan dengan kontras gaya yang kentara—OI Terminal datang membawa aliran umpan pendek yang ritmis, sebuah tarian yang mereka yakini bisa membongkar apa pun di depannya. Namun di hadapan mereka berdiri sebuah dinding yang dibangun rapat oleh coach Sunarlin, sebuah catenaccio yang tidak sekadar taktik, melainkan kesabaran yang dikokohkan.
Gol pertama Sidole Raya tercipta di menit 18 melalui kaki Rio Gunawan. Tendangan bebas itu melesat seperti garis cahaya yang menemukan celah tipis di udara, membuat tribun bergemuruh seakan baru saja ditarik dari keheningan panjang. Gol kedua hadir di menit 55 lewat aksi solo run Fahril, yang menusuk dari sisi lapangan dan menutup serangannya dengan ketenangan seorang penulis yang tahu persis bagaimana mengakhiri kalimat.
Usai pertandingan, pelatih Sidole Raya, Sunarlin, tampak menahan senyum yang lama tertunda. Ia tak berbicara tentang strategi terlebih dahulu, melainkan tentang penjaga gawangnya, Darwis, yang gemilang sepanjang laga.
“Dia berdiri seperti mercusuar di tengah badai. Hari ini, saya percaya Darwis adalah kiper terbaik di Parigi Moutong,” ujar Sunarlin, lugas tanpa berlebih, seolah cukup yakin bahwa semua orang di tribun pun melihat hal yang sama.
Di kubu lawan, manajer OI Terminal, Andri, menerima hasil ini dengan kepala tegak. Ia memuji permainan anak asuhnya yang tampil konsisten dengan gaya tiki-taka — umpan rapi, pergerakan sabar, dan keberanian memainkan bola di zona berbahaya.
“Anak-anak bermain sesuai identitas kami. Namun hari ini, keberuntungan belum singgah. Dewi Fortuna masih mengamati kami dari kejauhan,” kata Andri, sebelum melanjutkan dengan nada penuh tekad, “Tapi kami belum selesai. Pada laga berikutnya, kami akan tampil lebih tajam.”
Pertandingan ini mungkin menutup sore dengan angka yang jelas di papan skor, namun cerita di baliknya masih menggantung di udara: dua tim yang sama-sama mencari bentuk, dua filosofi yang bertemu di ruang sempit, dan sebuah liga yang terus bergerak seperti arus sungai yang menolak berhenti.
Dan untuk Sidole Raya, kemenangan ini adalah langkah pertama yang akhirnya tiba. Untuk OI Terminal, perjalanan masih panjang — dan mereka tampaknya belum kehilangan irama.
FAYRUZ










