Sore Pecah di Harimau Baliara, Saat “Nada Keras” Kalbu Dolago Meruntuhkan Gaya Stylish Remaja Toga 2–1

Fayruz
Remaja Toga (Merah) vs Kalbu Dolago (Biru), di Lanjutan Liga 4 Indonesia Zona Parigi Moutong.- Foto : EquatorNews

PARIGI, EQIATORNEWS— Sore hari di Lapangan Harimau Baliara, Senin (1 Desember 2025), menjadi panggung yang penuh denyut. Remaja Toga dan Kalbu Dolago saling mempertontonkan dua wajah sepak bola: yang satu tampil rapi dan stylish, sementara yang lain datang dengan ketegasan yang kadang terdengar seperti hentakan sepatu memecah tanah kering.

Pertandingan dimulai dengan ritme cepat. Baru delapan menit berlalu, Kalbu Dolago memecah keheningan melalui tendangan bebas Ruliawan yang melesat tajam, seolah garis keputusan yang tak mungkin ditawar. Gol itu mengubah udara sekitar, membuat suasana terasa lebih padat dari biasanya.

Remaja Toga berusaha menyusun alur permainan mereka dengan sentuhan yang lebih halus. Namun setiap bangunan serangan kerap dipatahkan oleh tekanan keras Kalbu Dolago. Wasit Aswin harus mengeluarkan empat kartu kuning, semuanya untuk pemain Kalbu Dolago, menandai bahwa kemenangan tim tamu hari itu ditempuh dalam nada yang keras.

Babak kedua semakin hidup. Coach Andriavin Amran (Apin) melakukan empat pergantian untuk mengubah warna permainan, sementara Coach Wawan memilih tiga pergantian yang lebih terukur. Pertemuan gaya pun semakin jelas terlihat: kelenturan melawan ketegasan, keindahan melawan daya dobrak.

Gol kedua Kalbu Dolago hadir pada menit ke-67 lewat Muh Rizaldi, yang memanfaatkan celah kecil di kotak penalti. Hanya semenit setelahnya, Ariel membalas untuk Remaja Toga, membuat penonton terpaku sejenak oleh harapan yang mendadak tumbuh.

Namun pertandingan tidak menawarkan kejutan lanjutan. Tekanan Remaja Toga hingga detik terakhir belum cukup mengubah takdir sore itu. Strategi Coach Wawan terbukti lebih efektif, meski ditempuh dengan jalan keras, sementara racikan Coach Apin memperlihatkan kecantikan permainan yang hari ini belum diberi ruang untuk menang.

Peluit panjang akhirnya meredakan segala hiruk-pikuk. Harimau Baliara kembali tenang, menyisakan jejak langkah, tepuk tangan, dan cerita tentang dua filosofi sepak bola yang saling bertemu lalu berpisah tanpa saling meniadakan.

FAYRUZ

Bagika Berita :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *