PUPR Siapkan Anggaran Tanggap Darurat untuk Bencana Banjir

MY Towanda
Kementrian PUPR. Foto: Istimewa

Jakarta, EQUATORNEWS – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut dalam tiga hari ke depan terdapat delapan provinsi yang berpotensi hujan lebat kategori siaga atau berpotensi banjir. Delapan provinsi itu meliputi sebagian wilayah Aceh, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Tengah.

Mengenai ancaman bencana ini, Kementerian Pekerjaran Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) anggaran tanggap darurat bencana telah disiapkan. Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan Ditjen Sumber Daya Air (DA) Kementerian PUPR, Adenan Rasyid, mengatakan bahwa di setiap BBWS/BWS—yang merupakan pelaksana teknis Ditjen SDA di provinsi-provinsi—dialokasikan dana Rp 1 miliar hingga Rp 3 miliar untuk bencana.

“Itu berupa dana tanggap darurat. Sedangkan di pusat sendiri dialokasikan dana tanggap darurat bencana sebesar Rp 450 miliar” ucapnya

Alokasi dana tanggap darurat dari pusat itu, lanjut Adenan, digunakan dana tanggap darurat bencana di daerah sudah habis.

“Dana Rp 450 miliar ini digunakan untuk seluruh Indonesia yang membutuhkan dana tanggap darurat. Bukan hanya delapan provinsi tersebut,” ujar Adenan.

Sebelumnya Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, membeberkan sejumlah wilayah berpotensi menghadapi cuaca ekstrem hujan lebat disertai kilat dan angin kencang terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua.

Potensi cuaca ekstrem tersebut, kata Dwikorita, akan terjadi selama sepekan ke depan. Cuaca ekstrem yang dimaksud meliputi hujan lebat yang disertai kilat dan angin kencang diprediksi terjadi pada periode 9-15 Oktober 2022.

Ia menyebutkan hal tersebut didapat dari hasil analisis terkini bahwa kondisi dinamika atmosfer di wilayah Indonesia. “Masih cukup signifikan berpotensi mengakibatkan peningkatan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah dalam sepekan ke depan,” tutur Dwikorita, Sabtu malam, (8/10/22).

Adapun potensi terjadinya cuaca ekstrem tersebut adalah hasil analisis dinamika atmosfer yang menunjukkan adanya sirkulasi siklonik. Sirkulasi siklonik itu membentuk pola belokan angin serta perlambatan kecepatan angin yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan.

Tak hanya itu, menurut Dwikorita, pemicu lainnya adalah aktifnya fenomena gelombang atmosfer seperti Madden Jullian Oscillation (MJO) yang berinteraksi dengan gelombang Rossby Ekuatorial dan gelombang Kelvin.

“Interaksi fenomena itu secara tidak langsung dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia dalam beberapa hari ke depan,” ujarnya.

Lebih jauh, Dwikorita berharap hasil analisis BMKG ini menjadi bentuk perhatian pemerintah daerah, pemangku kepentingan terkait, hingga masyarakat. Ia pun meminta sejumlah pihak memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.

Selain itu, kata Dwikorita, tiap pihak harus menata lingkungannya dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol. Berikutnya, ia meminta ada pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang

Dwikorita juga meminta adanya penguatan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometerorologi. “Terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG, secara lebih rinci dan detail untuk tiap kecamatan di seluruh wilayah Indonesia,” ucapnya. (**)

Bagika Berita :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *